About Me

My Blog List

Followers

RSS

Kamis, 15 Desember 2011

Perjuangan Wanita Indonesia pada zaman kolonial Belanda.

Perjuangan Wanita Indonesia pada zaman kolonial Belanda.
Sejak abad ke-18 pemberontakan timbul dimana-mana, hingga hampir setiap tahun .Batavia mengirimkan ekspedisi-ekspedisi militer ke berbagai tempat di Nusantara untuk menumpas perlawanan rakyat. Saya akan mengemukakan beberapa perintis pejuang wanita kita yang ikut ambil bagian di dalam perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajahan Belanda. Pada masa itu belum diketemukan cara perjuangan Nasional. Periode Perintis meliputi masa sebelum tahun 1908, yaitu tahun dimulainya fase kebangkitan kesadaran nasional, dengan berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Periode Perintis masih juga meliputi masa permulaan politik etis Belanda di Indonesia (permulaan abad-19) Para tokoh Perintis perjuangan wanita belum mempunyai perkumpulan atau organisasi wanita, dengan kata lain berjuang orang perorangan; tetapi dalam kenyataan bahwa mereka mengangkat senjata bahu membahu dengan kaum pria melawan penjajah Belanda, tidak dapat dipungkiri bahwa mereka merupakan sumber inspirasi bagi generasi wanita berikutnya untuk berjuang melawan penindasan dan ketidak adilan. Juga para tokoh Perintis dalam masa sesudah diterapkannya Politik etis Belanda di Indonesia, memberikan teladan dan dorongan kepada generasi kaumnya untuk meneruskan jejak langkah mereka, juga berjuang untuk emansipasi dan partisipasi untuk membangun kemandirian kaumnya, kemajuan bangsanya dan kemerdekaan tanah airnya.
Ketika pada tahun 1817 rakyat Maluku dibawah pimpinan Pattimura (Thomas- Matulesi) berontak melawan Belanda, gadis Marta Christina ikut bertempur bersama-sama ayahnya, Paulus Tiahahu, merebut benteng "Beverwijk". Karena tipu muslihat Belanda mereka jatuh di tangan musuh. Ayahnya di hukum mati, dan Martha Christina masuk hutan untuk melanjutkan perjuangan. Dengan taktik adu domba dikalangan rakyat setempat, Belanda berhasil menangkap Martha Christina, dan bersama 38 tahanan lainnya dibuang ke Jawa. Martha Christina Tiahahu,  di tengah perjalanan jatuh sakit tapi menolak pengobatan oleh Belanda , wafat pada tahun 1818 dan jenazahnya dibuang ke Laut Maluku antara Pulau Buru dan Pulau Tiga. Nyi Ageng Serang (1752-1828) bersama ayah dan kakaknya termasuk pemberontak-pemberontak yang merobek- robek Perjanjian Gianti (13-02-1755) dan meneruskan perlawanan bersenjata terhadap Belanda. Belanda menyergap pasukannya di Semarang. Ayah dan saudaranya gugur dalam pertempuran. Ketika pecah perang Diponegoro pada tahun 1825, Nyi Ageng Serang kehilangan suaminya yang tewas dalam pertempuran. Nyi Ageng Serang meneruskan perjuangan, dan meskipun sudah lanjut usianya, ketika itu berumur 73 tahun, mendapat kepercayaan memimpin pasukan. Pasukannya membawa Panji "Gula Kelapa" (warna Merah Putih) di daerah Jawa Tengah bagian timur-laut. Nyi Ageng Serang dalam pertempuran itu memprakarsai penggunaan daun Talas sebagai taktik penyamaran. Dua tahun sebelum Perang Diponegoro berakhir Nyi Ageng wafat karena jatuh sakit. 
  
Cut Nyak Dien (1850-1908) ketika berusia 28 tahun sudah kehilangan suaminya yang tewas dalam pertempuran melawan Belanda di Aceh. Suaminya yang ke-2, Umar,
berbalik memihak Belanda. Cut Nyak Dien prihatin sekali. Tetapi kemudian ia
menjadi gembira, ketika suaminya 3 tahun kemudian pulang kembali membawa
oleh-oleh berupa 800 pucuk senapan, 2.500 butir peluru, peralatan perang
lainnya dan uang tunai untuk perjuangan Aceh. Batavia mengirimkan pasukan lagi
ke Aceh dibawah pimpinan Van Heutsz. Umar gugur dalam kontak senjata dengan
pasukan Van Heutsz di Meulaboh pada tahun 1899.
Karena penghianatan bekas pengikutnya, Cut Nyak Dien ditangkap oleh Belanda.
Mula-mula ia meringkuk dalam penjara di Aceh, tapi kemudian dibuang ke Jawa.
Cut Nyak Dien wafat dalam pembuangannya di Sumedang (Jawa Barat).
  
  Cut Meutia (1870-1910) berjuang melawan Belanda di Aceh. Bersama suaminya,
dikenal dengan nama Cik Tunong, membentuk pasukan gerilya untuk menghadang
patroli patroli Belanda dan mengadakan sabotase-sabotase antara lain membongkar
rel-rel kereta api. Pasukannya banyak merugikan Belanda, diantaranya menewaskan
komandan patroli Belanda beserta 28 Orang anak buahnya dan menyita 42 pucuk
senapan ketika berpatroli di Sungai Piada. Cik Tunong tertangkap dan di hukum
mati.
Bujukan Belanda supaya Cut Meutia menyerah tidak berhasil, bahkan Cut Meutia
masuk makin jauh ke pedalaman hutan rimba Pasai untuk meneruskan bergerilya dan
bergabung dengan pasukan Pang Nangru. Akhirnya Meutia menikah dengan Pang
Nangru dan bersama-sama melanjutkan bergerilya menghadang patroli-patroli
Belanda. Dalam kontak senjata dengan Belanda Pang Nangru tewas, tetapi
Meutia dapat meloloskan diri. Selang beberapa lama kemudian ketika menghadapi
penyergapan Belanda dengan perlawanan yang gigih, Cut Meutia gugur pada usia 40
tahun.
  
  Pada Periode Perintis ini dapatlah secara umum dikatakan bahwa Gerakan Wanita
Indonesia ciri utamanya ialah menekankan kepada pendidikan atau lebih khususnya
pendidikan model Barat, sebagai bekal untuk memajukan kaumnya dan bangsanya.
Gerakan pendidikan kebanyakan diprakarsai oleh kalangan elite bangsawan, karena
mereka lebih dahulu diberi kesempatan oleh pemerintah untuk bisa memasuki
sekolah-sekolah khusus untuk warga Eropah.
  
  Pejuang-pejuang Perintis pada masa itu, diantaranya Kartini, Maria Walanda
Maramis, Dewi Sartika dan Nyai Achmad Dahlan, kita semua sudah mengenal mereka
dengan perjuangaan jasa-jasanya untuk Gerakan Wanita kita.

DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Blog List

About

Recent Post

Recent Post

Link Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Gabung Nyuk...!

5 ARTIKEL POPULER

Reader Community

Simple Me..

Foto Saya
wanita indonesia
sejak kecil aku pengen jadi dokter, tetapi setelah aku memiliki penyakit phobia sama darah jadi gagal seleksi deh, kasian deh bunda yaaa. kalau darah itu bisa diajak berantem udah bunda ajak duel di range tinju dehhhh :+/
Lihat profil lengkapku

About Administrator

Foto Saya
wanita indonesia
sejak kecil aku pengen jadi dokter, tetapi setelah aku memiliki penyakit phobia sama darah jadi gagal seleksi deh, kasian deh bunda yaaa. kalau darah itu bisa diajak berantem udah bunda ajak duel di range tinju dehhhh :+/
Lihat profil lengkapku

Search