About Me

My Blog List

Followers

RSS

Minggu, 13 November 2011

Minggu, 13 November 2011 | Jumlah artikel terbit hari ini: 689
Search
Headline, Ekonomi, Perdagangan, Perbankan Nasional, Hukum, Politik, Pendidikan Industri, Teknologi, Otomotif Internasional Kesehatan, Olahraga, Lingkungan Jasa, Hiburan, Ragam, Opini
Home Kategori Sumber Berita About Bataviase
Home
Kowani Pendidikan politik wanita Indonesia rendah
11 Jun 2010
Harian Terbit Pendidikan
KONGRES Wanita Indonesia (Kowani) akart terus menyosialisasikan pentingnya pendidikan politik Dagi kaum perempuan. Menurut Dewi Motik Pramono, ketua umum organisasi itu, penguasaan pendidikan politik perempuan Indonesia masih sangat rendah.

"Kowani dari awal berdirinya selalu berjuang terpenuhinya MDGs kesetaraan gender dalam segala bidang karena ini menyangkut kesejahteraan kaum perempuanjuga," katanya kepada Harian Terbit, Rabu (9/6), di Jakarta, di sela Dialog Interaktif Peningkatan Kapasitas Politik Perempuan yang diadakan Kowani.

Dewi menandaskan, perempuan Indonesia masih harus berjuang untuk bisa mempengaruhi kebijakan publik yang berkaitan dengan kehidupan mereka, meski keterwakilan perempuan dalam pemilu lalu menunjukkan peningkatan.

"Masih banyak perempuan Indonesia yang tidak menyadari potensi yang meTeka miliki untuk menentukan kualitas demokrasi di negeri ini. Mereka tak memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan hak politik mereka dan akhirnya memilih untuk bungkam," ujarnya.

Kegiatan ini, katanya, untuk mendukung tujuan MDGs. Terutama tujuan mempromosikan kesetaraan gender. Diharapkan dari kegiatan ini tujuan MDGs itu sesuai target pada 2Q15. "Kita ingin tunjukkan bahwa wanita bisa ikut berperan mencapai delapan tujuan MDGs, yang salah satunya kesetaraan gender. Bahwa komitmen internasionahini harus diterapkan hingga ke tingkat kabupaten bahkan desa-desa/ kata Dewi, (tety)

Entitas terkait
Dagi | Dewi | Diharapkan | Gs | Harian | Indonesia | Kegiatan | Kowani | Teka | Terutama | Kowani Pendidikan | KONGRES Wanita Indonesia | Menurut Dewi Motik | Dialog Interaktif Peningkatan Kapasitas Politik Perempuan |
Ringkasan Artikel Ini
"Kowani dari awal berdirinya selalu berjuang terpenuhinya MDGs kesetaraan gender dalam segala bidang karena ini menyangkut kesejahteraan kaum perempuanjuga," katanya kepada Harian Terbit, Rabu (9/6), di Jakarta, di sela Dialog Interaktif Peningkatan Kapasitas Politik Perempuan yang diadakan Kowani. Dewi menandaskan, perempuan Indonesia masih harus berjuang untuk bisa mempengaruhi kebijakan publik yang berkaitan dengan kehidupan mereka, meski keterwakilan perempuan dalam pemilu lalu menunjukkan peningkatan.

Jumlah kata di Artikel : 201
Jumlah kata di Summary : 64
Ratio : 0,318

*Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan untuk keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net.
Pendapat Anda
Pendapat anda mengenai ringkasan artikel ini : Baik Buruk

Indonesia Dalam Kata

Warta memberikan Ketua Bendera Agus makanan Ketua kemerdekaan Remisi Bendera pukul RI warga Pendidikan Hukum anggota Bogor Pemerintah Kasus Bendera tim masyarakat Bendera Presiden Bendera Umum puasa Nasional acara tahanan Quran kepala rumah kepala Bendera Tadarus upacara korupsi Uga petugas
Artikel Terkait
Poros pelajar Indonesia tolak UN
/Harian Terbit/
Bahasa Indonesia menuju bahasa dunia
/Harian Terbit/
RS Indonesia di Gaza dapat diwujudkan
/Harian Terbit/
Indonesia kirim obat ke Haiti
/Harian Terbit/
Indonesia, Malaysia dan Thailand jual pariwisata via portal
/Harian Terbit/
Artikel Lainnya
PT. PHILIPS Indonesia, produsen lampu terkemuka di Indonesia, dan Carrefour Indonesia, jaringan ritel terbesar di Indonesia, melakukan kemitraan dalam
/Rakyat Merdeka/
Indonesia Surga bagi Produser Film Asingasyarakat Indonesia harus bisa membuat para produser dan sutradara film asing betah membuat film di Indonesia.
/Suara Karya/
Kondisi Stadion Indonesia Payah
/Berita Kota/
6500 Mubalighah dari Berbagai Daerah se-Indonesia Hadir di Muktamar Mubalighah Indonesia
/Republika/
Indonesia Juga Minta Blackberry Sediakan Server di Indonesia
/Republika/
Artikel dari Sosial Media
kriteria Mobil Keluarga Ideal Terbaik Indonesia Free Blog Directory , Blog Directory , Free Submit,
MOBIL KELUARGA IDEAL TERBAIK INDONESIA Sam Colong Danureja,
kancut bolong,Blog Archive,Indonesia #1,
NanLimo Dagdigdug,Blog Archive,Indonesia Furniture Handicraft Wholesale Marketplace,
Kategori
Ekonomi Internasional Olahraga Perdagangan
Headline Jasa Opini Politik
Hiburan Kesehatan Otomotif Ragam
Hukum Lingkungan Pendidikan Teknologi
Industri Nasional Perbankan

Contact
Site Policy

(c) 2009 Bataviase

Kowani Pendidikan politik wanita Indonesia rendah

Kowani Pendidikan politik wanita Indonesia rendah
11 Jun 2010
Harian Terbit Pendidikan
KONGRES Wanita Indonesia (Kowani) akart terus menyosialisasikan pentingnya pendidikan politik Dagi kaum perempuan. Menurut Dewi Motik Pramono, ketua umum organisasi itu, penguasaan pendidikan politik perempuan Indonesia masih sangat rendah.

"Kowani dari awal berdirinya selalu berjuang terpenuhinya MDGs kesetaraan gender dalam segala bidang karena ini menyangkut kesejahteraan kaum perempuanjuga," katanya kepada Harian Terbit, Rabu (9/6), di Jakarta, di sela Dialog Interaktif Peningkatan Kapasitas Politik Perempuan yang diadakan Kowani.

Dewi menandaskan, perempuan Indonesia masih harus berjuang untuk bisa mempengaruhi kebijakan publik yang berkaitan dengan kehidupan mereka, meski keterwakilan perempuan dalam pemilu lalu menunjukkan peningkatan.

"Masih banyak perempuan Indonesia yang tidak menyadari potensi yang meTeka miliki untuk menentukan kualitas demokrasi di negeri ini. Mereka tak memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan hak politik mereka dan akhirnya memilih untuk bungkam," ujarnya.

Kegiatan ini, katanya, untuk mendukung tujuan MDGs. Terutama tujuan mempromosikan kesetaraan gender. Diharapkan dari kegiatan ini tujuan MDGs itu sesuai target pada 2Q15. "Kita ingin tunjukkan bahwa wanita bisa ikut berperan mencapai delapan tujuan MDGs, yang salah satunya kesetaraan gender. Bahwa komitmen internasionahini harus diterapkan hingga ke tingkat kabupaten bahkan desa-desa/ kata Dewi, (tety)

Entitas terkait
Dagi | Dewi | Diharapkan | Gs | Harian | Indonesia | Kegiatan | Kowani | Teka | Terutama | Kowani Pendidikan | KONGRES Wanita Indonesia | Menurut Dewi Motik | Dialog Interaktif Peningkatan Kapasitas Politik Perempuan |
Ringkasan Artikel Ini
"Kowani dari awal berdirinya selalu berjuang terpenuhinya MDGs kesetaraan gender dalam segala bidang karena ini menyangkut kesejahteraan kaum perempuanjuga," katanya kepada Harian Terbit, Rabu (9/6), di Jakarta, di sela Dialog Interaktif Peningkatan Kapasitas Politik Perempuan yang diadakan Kowani. Dewi menandaskan, perempuan Indonesia masih harus berjuang untuk bisa mempengaruhi kebijakan publik yang berkaitan dengan kehidupan mereka, meski keterwakilan perempuan dalam pemilu lalu menunjukkan peningkatan.

Jumlah kata di Artikel : 201
Jumlah kata di Summary : 64
Ratio : 0,318

*Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan untuk keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net.

salah satu pahlawan wanita indonesia

Raden Ajeng (RA) Kartini – Ibu Kita Kartini | Majalah Online Wanita dan Perempuan Indonesia

Thursday, 13 January 2011

Raden Ajeng (RA) Kartini


Raden Ajeng (RA) Kartini
hits 14860
Habis Gelap Terbitlah Terang, itulah judul buku dari kumpulan surat-surat Raden Ajeng Kartini yang terkenal. Surat-surat yang dituliskan kepada sahabat-sahabatnya di negeri Belanda itu kemudian menjadi bukti betapa besarnya keinginan dari seorang Kartini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang sudah membudaya pada zamannya.
Buku itu menjadi pedorong semangat para wanita Indonesia dalam memperjuangkan hak-haknya. Perjuangan Kartini tidaklah hanya tertulis di atas kertas tapi dibuktikan dengan mendirikan sekolah gratis untuk anak gadis di Jepara dan Rembang.
Upaya dari puteri seorang Bupati Jepara ini telah membuka penglihatan kaumnya di berbagai daerah lainnya. Sejak itu sekolah-sekolah wanita lahir dan bertumbuh di berbagai pelosok negeri. Wanita Indonesia pun telah lahir menjadi manusia seutuhnya.
Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan menentukan jodoh/suami sendiri, dan lain sebagainya.
Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu.
Pada saat itu, Raden Ajeng Kartini yang lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879, ini sebenarnya sangat menginginkan bisa memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, namun sebagaimana kebiasaan saat itu dia pun tidak diizinkan oleh orang tuanya.
Dia hanya sempat memperoleh pendidikan sampai E.L.S. (Europese Lagere School) atau tingkat sekolah dasar. Setamat E.L.S, Kartini pun dipingit sebagaimana kebiasaan atau adat-istiadat yang berlaku di tempat kelahirannya dimana setelah seorang wanita menamatkan sekolah di tingkat sekolah dasar, gadis tersebut harus menjalani masa pingitan sampai tiba saatnya untuk menikah.
Merasakan hambatan demikian, Kartini remaja yang banyak bergaul dengan orang-orang terpelajar serta gemar membaca buku khususnya buku-buku mengenai kemajuan wanita seperti karya-karya Multatuli “Max Havelaar” dan karya tokoh-tokoh pejuang wanita di Eropa, mulai menyadari betapa tertinggalnya wanita sebangsanya bila dibandingkan dengan wanita bangsa lain terutama wanita Eropa.
Dia merasakan sendiri bagaimana ia hanya diperbolehkan sekolah sampai tingkat sekolah dasar saja padahal dirinya adalah anak seorang Bupati. Hatinya merasa sedih melihat kaumnya dari anak keluarga biasa yang tidak pernah disekolahkan sama sekali.
Sejak saat itu, dia pun berkeinginan dan bertekad untuk memajukan wanita bangsanya, Indonesia. Dan langkah untuk memajukan itu menurutnya bisa dicapai melalui pendidikan. Untuk merealisasikan cita-citanya itu, dia mengawalinya dengan mendirikan sekolah untuk anak gadis di daerah kelahirannya, Jepara. Di sekolah tersebut diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak, dan sebagainya. Semuanya itu diberikannya tanpa memungut bayaran alias cuma-cuma.
Bahkan demi cita-cita mulianya itu, dia sendiri berencana mengikuti Sekolah Guru di Negeri Belanda dengan maksud agar dirinya bisa menjadi seorang pendidik yang lebih baik. Beasiswa dari Pemerintah Belanda pun telah berhasil diperolehnya, namun keinginan tersebut kembali tidak tercapai karena larangan orangtuanya. Guna mencegah kepergiannya tersebut, orangtuanya pun memaksanya menikah pada saat itu dengan Raden Adipati Joyodiningrat, seorang Bupati di Rembang.
Berbagai rintangan tidak menyurutkan semangatnya, bahkan pernikahan sekalipun. Setelah menikah, dia masih mendirikan sekolah di Rembang di samping sekolah di Jepara yang sudah didirikannya sebelum menikah. Apa yang dilakukannya dengan sekolah itu kemudian diikuti oleh wanita-wanita lainnya dengan mendirikan ‘Sekolah Kartini’ di tempat masing-masing seperti di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon.
Sepanjang hidupnya, Kartini sangat senang berteman. Dia mempunyai banyak teman baik di dalam negeri maupun di Eropa khususnya dari negeri Belanda, bangsa yang sedang menjajah Indonesia saat itu. Kepada para sahabatnya, dia sering mencurahkan isi hatinya tentang keinginannya memajukan wanita negerinya. Kepada teman-temannya yang orang Belanda dia sering menulis surat yang mengungkapkan cita-citanya tersebut, tentang adanya persamaan hak kaum wanita dan pria.
Setelah meninggalnya Kartini, surat-surat tersebut kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku yang dalam bahasa Belanda berjudul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Apa yang terdapat dalam buku itu sangat berpengaruh besar dalam mendorong kemajuan wanita Indonesia karena isi tulisan tersebut telah menjadi sumber motivasi perjuangan bagi kaum wanita Indonesia di kemudian hari.
Apa yang sudah dilakukan RA Kartini sangatlah besar pengaruhnya kepada kebangkitan bangsa ini. Mungkin akan lebih besar dan lebih banyak lagi yang akan dilakukannya seandainya Allah memberikan usia yang panjang kepadanya. Namun Allah menghendaki lain, ia meninggal dunia di usia muda, usia 25 tahun, yakni pada tanggal 17 September 1904, ketika melahirkan putra pertamanya.
Mengingat besarnya jasa Kartini pada bangsa ini maka atas nama negara, pemerintahan Presiden Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
Belakangan ini, penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar agak diperdebatkan. Dengan berbagai argumentasi, masing-masing pihak memberikan pendapat masing-masing. Masyarakat yang tidak begitu menyetujui, ada yang hanya tidak merayakan Hari Kartini namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.
Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya. Namun yang lebih ekstrim mengatakan, masih ada pahlawan wanita lain yang lebih hebat daripada RA Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya.
Sedangkan mereka yang pro malah mengatakan Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah dalam skop nasional.
Sekalipun Sumpah Pemuda belum dicetuskan waktu itu, tapi pikiran-pikirannya tidak terbatas pada daerah kelahiranya atau tanah Jawa saja. Kartini sudah mencapai kedewasaan berpikir nasional sehingga nasionalismenya sudah seperti yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda 1928.
Terlepas dari pro kontra tersebut, dalam sejarah bangsa ini kita banyak mengenal nama-nama pahlawan wanita kita seperti Cut Nya’ Dhien, Cut Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan lainnya.
Mereka berjuang di daerah, pada waktu, dan dengan cara yang berbeda. Ada yang berjuang di Aceh, Jawa, Maluku, Menado dan lainnya. Ada yang berjuang pada zaman penjajahan Belanda, pada zaman penjajahan Jepang, atau setelah kemerdekaan. Ada yang berjuang dengan mengangkat senjata, ada yang melalui pendidikan, ada yang melalui organisasi maupun cara lainnya. Mereka semua adalah pejuang-pejuang bangsa, pahlawan-pahlawan bangsa yang patut kita hormati dan teladani.
Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi.
Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.
Itu semua adalah sisa-sisa dari kebiasaan lama yang oleh sebagian orang baik oleh pria yang tidak rela melepaskan sifat otoriternya maupun oleh sebagian wanita itu sendiri yang belum berani melawan kebiasaan lama. mari kita kenang Raden Ajeng Kartini di dalam hati kita.
sumber: tokohindonesia
annuryah - Ibukitakartini.com
1 Komentar | Share:
          0 vote

One Response to “Raden Ajeng (RA) Kartini”

  1. [...] Saya kutip atau copy paste dari sini [...]

Comment to this article

Your Name
Email Address
URL Address
your Comments

nasdem untuk dan bagi wanita indonesia

Surya Paloh:
Nasdem untuk Indonesia Baru yang Lebih Baik
Penulis : Bagus Himawan
Sabtu, 29 Oktober 2011 19:52 WIB     
Komentar: 3
PEKANBARU--MICOM: Organisasi massa Nasional Demokrat merupakan wadah memosisikan diri sebagai warga negara aktif untuk merestorasi bangsa yang sedang dalam tahap kemunduran.

Itu dikatakan dalam pidato politik Ketua Umum Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh usai pengukuhan tujuh pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) yang ada di Provinsi Riau, Sabtu (29/10).

"Kita sudah sangat jauh tertinggal dengan bangsa lain di sekitar kita. Padahal bangsa ini sudah sangat jaya di masa lalu," kata Surya.

Menurut Surya, dari abad 7 hingga 13, kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sudah mampu mengusai jaringan perdagangan dan diplomasi mulai dari Kampuchia hingga ke China daratan.

Indonesia juga punya Malahayati, laksamana wanita pertama tidak hanya di Indonesia tapi di dunia.

Letak geografis Indonesia sangat strategis diapit oleh dua samudra besar, Hindia dan Pasifik. Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang di dunia.

Bahkan PBB mengakui bahwa Indonesia merupakan negara maritim karena dua pertiga dari luas wilayahnya merupakan perairan atau lautan.

"Tapi kenapa bangsa ini justru mundur dengan berbagai potensi besar ini?" tanyanya.

Indonesia, lanjutnya mundur di berbagai lini terutama etos, disiplin, dan moralitas.
Reformasi di Indonesia yang sudah berjalan sekitar 13 tahun sudah gagal. Korupsi bertambah, kolusi menggila, nepotisme apalagi.

Tapi, lanjutnya, Indonesia tidak boleh menyerah mengahdapi berbagai masalah ini. Negeri ini bisa maju jika rakyat dan pemimpinnya yang berubah bukan bantuan dari negara lain.

"Lewat Nasdem inilah saudara saudara, kita menjadi kaum pergerakan untuk membangun Indonesia yang baru dan lebih baik," tandasnya yang langsung disambut tepuk riuh warga yang menghadiri acara tersebut. (BG/OL-5)
Share |
KOMENTAR
Maju Terus Pantang Mundur Nasdem !
Harapan saya sebagai rakyat semoga kelak dari Nasdem bila menjadi Pemimpin Republik tercinta ini harus berani menghukum mati koruptor beserta antek2nya.Bersihkan Republik ini dari perampok2 uang rakyat. Hidup NASDEM Semoga Jaya !
dikomentari oleh: Putra - tanggal: 30-10-2011 08:42:36 WIB
SURYA PALOH
MAJU TERUS PAK SURYA... KALAU BOLEH SAYA USUL.. TOLONG CUKUR JENGOT NYA BIARKAN SAJA KUMIS NYA.. BAPAK BIAR KELIHATAN LEBIH NASIONALIST.. KAMI ANAK MUDA DARI BALI AKAN MENDUKUNG BAPAK SAMPAI TITIK DARAH PENGABISAN.. KAMI PENGAGUM BAPAK DARI PULAU BALI TEPAT NYA KOTA UBUD.. BAPAK TOLONG CUKUR JENGOT BAPAK DENGAN BAIK... BIARKAN KUMIS BAPAK.. BAPAK ADALAH TOKOH YANG SANGAT KARISMASTIK.. SEPETI BUNG KARNO PADA SAAT PIDATO.. TAPI PAK KARNO TIDAK MEMILIKI JENGOT..
dikomentari oleh: ketut - tanggal: 30-10-2011 07:39:36 WIB
Motif politik
Sekarang ya berjuang untuk rakyat tapi setelah kekuasaan itu telah diraihnya "kantongnya dulu " Rakyat tak tahu lagi ?
dikomentari oleh: M.Makhfudz - tanggal: 30-10-2011 06:18:12 WIB
Advertisement
Advertisement
MORE NEWS»
Senin, 14 November 2011 09:24 WIB
Senin, 14 November 2011 08:29 WIB
Senin, 14 November 2011 08:22 WIB
Senin, 14 November 2011 06:20 WIB
Senin, 14 November 2011 06:19 WIB
Senin, 14 November 2011 06:16 WIB
Senin, 14 November 2011 06:00 WIB
Senin, 14 November 2011 05:48 WIB
Senin, 14 November 2011 05:30 WIB
Minggu, 13 November 2011 23:45 WIB
Minggu, 13 November 2011 23:15 WIB
Minggu, 13 November 2011 22:55 WIB


   Index Berita

introgasi nadine atas perdagangan wanita indonesia


SELEBRITI

Nadine Chandrawinata Investigasi Perdagangan Wanita


Nadine Chandrawinata Investigasi Perdagangan Wanita
Nadine Chandrawinata


Sabtu, 12 November 2011 04:01
Kapanlagi.com - Artis cantik Nadine Chandrawinata kembali membintangi film layar lebar, kali ini berjudul AZRAQ. Dalam film tersebut Nadine berperan sebagai seorang wartawan yang tengah melakukan investigasi kasus perdagangan wanita."Sebagai Fanny seorang wartawati yang investigasi soal perdagangan wanita. Film ini mengangkat tentang perdagangan wanita tapi juga ada silat. Di sini saya menyamar menjadi TKW untuk membongkar kasus ini," ucap Nadine Chandrawinata ditemui di Tebet Raya, Jaksel, Jumat (11/11).
Peran wartawan tentu cukup menantang. Nadine punya cara tersendiri untuk mendalami karakter. Wanita yang memiliki majalah diving ini mengamati dan mempelajari wartawan ketika melakukan interview.
"Sebenarnya aku punya majalah tentang diving, secara gak langsung aku juga jadi wartawan. Ya aku juga banyak melihat gerak gerik wartawan-wartawan saat interview. Amati, pelajari dan lakukan dan difilmkan," tuturnya.
Genre action untuk pertama kalinya diambil oleh Nadine. Puteri Indonesia 2005 ini cukup total untuk mendalami perannya.
"Jujur ini film pertama saya dengan genre action tentang perdagangan wanita. Jadi aku banyak browsing, ngobrol sama produser. Di sini aku juga belajar berkelahi tapi bukan silat gitu, tapi lebih ke mempertahankan diri," tuturnya.   (kpl/hen/sjw)
Dilihat sebanyak 374 kali
  • Sent from Indosat Blackberry powered by

Nama :
Email :
Komentar :
Komentar yang tidak sopan akan dihapus.

Komentar Pembaca (0)


Click Here
Siapakah yang terbaik?
NONE


Kota

Merk




My Blog List

About

Recent Post

Recent Post

Link Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Gabung Nyuk...!

5 ARTIKEL POPULER

Reader Community

Simple Me..

Foto Saya
wanita indonesia
sejak kecil aku pengen jadi dokter, tetapi setelah aku memiliki penyakit phobia sama darah jadi gagal seleksi deh, kasian deh bunda yaaa. kalau darah itu bisa diajak berantem udah bunda ajak duel di range tinju dehhhh :+/
Lihat profil lengkapku

About Administrator

Foto Saya
wanita indonesia
sejak kecil aku pengen jadi dokter, tetapi setelah aku memiliki penyakit phobia sama darah jadi gagal seleksi deh, kasian deh bunda yaaa. kalau darah itu bisa diajak berantem udah bunda ajak duel di range tinju dehhhh :+/
Lihat profil lengkapku

Search